Laporan
Hotel & Hunian Bermerek di Bali 2023
Laporan Bali Hotel & Branded Residences Report edisi 2023 oleh Horwath HTL memberikan analisis komprehensif tentang dinamika pasar, metrik kinerja, dan prospek sektor perhotelan Bali. Ringkasan ini menyoroti temuan-temuan utama dari laporan tersebut. Tahun 2022 menandai pemulihan yang signifikan bagi industri pariwisata Bali karena pembatasan perjalanan dilonggarkan dan akhirnya dihapus. Masa uji coba bebas karantina dan program Visa on Arrival (VOA) yang dimulai pada Maret 2022, yang diperluas ke 86 negara pada September 2022, mendorong pemulihan ini. Kedatangan wisatawan asing melonjak, terutama sejak Mei dan seterusnya, dengan angka pada Desember 2022 hanya 32% di bawah tingkat sebelum pandemi. Pariwisata domestik tetap tangguh selama pandemi, memberikan garis hidup yang penting.
Kedatangan Pengunjung
Bali mencatat 2.155.747 kedatangan wisatawan mancanegara pada tahun 2022, meningkat secara substansial dari tahun 2020, tetapi masih sepertiga dari tingkat sebelum pandemi 2019. Pariwisata domestik juga menunjukkan angka yang kuat, dengan 8.052.874 pengunjung, hanya 24% lebih sedikit dari tahun 2019. Pemerintah Indonesia menargetkan untuk menarik 4,5 juta wisatawan mancanegara pada tahun 2023 melalui berbagai acara budaya, olahraga, dan MICE (pertemuan, insentif, konferensi, dan pameran).
Campuran Kewarganegaraan
Campuran kewarganegaraan pengunjung ke Bali mengalami pergeseran yang mencolok karena pembatasan perjalanan, terutama dari China, yang memberlakukan kebijakan tanpa COVID-19. Pada tahun 2022, Australia merupakan sumber utama pengunjung (28%), diikuti oleh India (8%) dan Singapura (6%). Representasi negara-negara Asia non-ASEAN mengalami penurunan yang signifikan. Dengan dibukanya kembali perbatasan Tiongkok, diharapkan akan terjadi kembalinya campuran kewarganegaraan secara bertahap pada tahun 2019.
Kinerja Hotel Secara Keseluruhan
Pada tahun 2022, hotel-hotel di Bali menunjukkan pemulihan yang mengesankan di semua metrik kinerja. ADR (Average Daily Rate) melampaui level tahun 2019, meskipun terjadi devaluasi Rupiah. Tingkat hunian mencapai lebih dari 50%, dengan Q4 2022 mengungguli Q4 2019 di banyak metrik karena peningkatan aksesibilitas dan acara penting seperti KTT G20.
Kinerja berdasarkan Segmen Tarif
- Segmen Mewah: Okupansi naik 316%, ADR naik 28%, dan RevPAR naik 433% dibandingkan tahun 2021.
- Segmen Kelas Atas: Okupansi meningkat sebesar 89%, ADR sebesar 48%, dan RevPAR sebesar 178%.
- Segmen Kelas Atas: Okupansi meningkat sebesar 245%, ADR sebesar 114%, dan RevPAR sebesar 637%.
- Segmen Kelas Menengah Atas: Okupansi meningkat sebesar 177%, ADR sebesar 84%, dan RevPAR sebesar 410%.
- Segmen Kelas Menengah: Okupansi meningkat sebesar 217%, ADR sebesar 61%, dan RevPAR sebesar 412%.
- Segmen Ekonomi: Okupansi meningkat sebesar 274%, ADR sebesar 82%, dan RevPAR sebesar 579%.
Kinerja berdasarkan Lokasi
Kuta/Tuban dan Seminyak mencatat tingkat hunian tertinggi di tahun 2022, diuntungkan oleh popularitas mereka di kalangan wisatawan domestik dan internasional. Peningkatan ADR cukup signifikan di seluruh area, dengan Jimbaran dan Uluwatu menunjukkan peningkatan yang paling menonjol.
Rata-rata Lama Menginap (ALOS)
ALOS meningkat pada tahun 2022 dengan kembalinya wisatawan internasional, meskipun masih di bawah level tahun 2019. Kuta/Tuban dan Sanur mengalami peningkatan ALOS karena popularitas mereka di kalangan nomaden digital.
Prospek 2023
Dua bulan pertama di tahun 2023 menunjukkan tanda-tanda yang menjanjikan bagi industri perhotelan di Bali, dengan tingkat hunian sebesar 62,8%, mendekati level tahun 2019. ADR telah meningkat secara signifikan, yang mengarah ke rekor RevPAR tertinggi. Hotel-hotel kelas atas dan kawasan Sanur telah menunjukkan peningkatan kinerja yang luar biasa.
Pasokan Baru
Pembangunan hotel baru diperkirakan akan menambah 2.379 kamar pada akhir tahun 2025. Hal ini termasuk proyek-proyek penting di Ubud, Jimbaran, dan Uluwatu. Pasokan baru ini tersebar di berbagai segmen posisi, dengan penekanan kuat pada pengembangan mewah.
Tempat Tinggal Bermerek
Pasar hunian bermerek di Bali, meskipun tertinggal dari pasar Asia Tenggara lainnya seperti Thailand dan Vietnam, mengalami peningkatan minat pasca pandemi. Faktor-faktor utama yang mendorong hal ini termasuk transmigrasi ekonomi, perpindahan penduduk ke perkotaan, dan meningkatnya budaya kerja jarak jauh. Prospek hunian bermerek sangat positif, dengan proyek-proyek penting seperti vila Raffles Bali yang akan diluncurkan.