Greenview dan Horwath HTL dengan bangga mempersembahkan laporan tahunan Tren Keberlanjutan Asia Pasifik 2022, yang telah diterbitkan selama tujuh tahun berturut-turut. Laporan ini menyajikan hasil survei Industri Hotel Horwath HTL Asia Pasifik 2022. Untuk laporan tahun ini, sebanyak 2.586 hotel di 15 negara berpartisipasi dengan menyumbangkan informasi tentang penerapan praktik keberlanjutan serta data utilitas dari tahun kalender 2021. Data tersebut dibandingkan dengan data dasar tahun 2019 untuk memberikan wawasan tentang perubahan rata-rata konsumsi energi dan air serta biaya berdasarkan negara dan jenis layanan sebelum dan sesudah pandemi. Selain itu, praktik keberlanjutan yang dilakukan oleh hotel juga dianalisis untuk memahami status implementasi di tingkat negara. Penyebaran kesadaran yang berkelanjutan dan perluasan solusi secara global akan memungkinkan kemajuan lebih lanjut di wilayah ini. Kami bangga dapat mendukung upaya industri untuk membandingkan praktik terbaik dalam keberlanjutan, dengan hasil laporan ini yang berkontribusi pada inisiatif yang tersedia untuk umum bagi para pelaku bisnis perhotelan untuk memahami posisi keberlanjutan properti mereka: studi Cornell Hotel Sustainability Benchmarking, Laporan Tren Penginapan Ramah Lingkungan, dan Greenview Hotel Footprinting Tool. Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Dewan Penasihat Kehormatan untuk survei industri hotel tahunan Horwath HTL dan Asosiasi Hotel Negara yang mendukung atas partisipasi dan dukungan kuat mereka.

Laporan “Tren Keberlanjutan Asia Pasifik 2020” memberikan pemeriksaan terperinci mengenai praktik keberlanjutan di industri perhotelan di 16 negara di kawasan Asia Pasifik. Terlepas dari tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19, laporan ini mencerminkan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan keberlanjutan di berbagai aspek operasi hotel, termasuk penggunaan energi, konservasi air, dan adopsi praktik ramah lingkungan.

Kuala Lumpur (KL), Malaysia’s main economic and business centre, houses the largest number of upper-upscale and luxury hotels in the country. The city, a hub for finance, insurance, real estate, and the arts, continues to expand with its Greater KL region contributing significantly to Malaysia’s economy.

While the pandemic devastated the hospitality industry in 2020, Desaru in Malaysia welcomed two luxury resorts, namely Anantara and One&Only. While not a panacea to the damage dealt to the global tourism industry, it does send an encouraging signal to those with bullish perspectives on the destination. Historically, Desaru was a well-kept secret by Malaysians, and the occasional Singaporeans, who have been enjoying this scenic beach destination. As the Desaru Coast master plan development is carried out, Desaru was revived and again on the radar of tourists seeking an authentic beachside experience. In this market report, we assess the lodging assets’ performance in Desaru Coast and compare Desaru and Langkawi shoulder-to-shoulder in terms of market segmentation, nationality mix, accessibility and other characteristics.

Langkawi, known as “the Jewel of Kedah,” has evolved significantly since hosting the Commonwealth Heads of Government Meeting in 1989. This event catalyzed its transformation into a major tourist destination, supported by the construction of an international airport and the island’s designation as a duty-free district. Today, Langkawi is globally recognized for its luxury and upper-upscale resorts along its picturesque coastline.